YESUS DAN PERSEPULUHAN
YESUS DAN PERSEPULUHAN
(S. Tandiassa)
Kelompok ANTI persepuluhan seringkali beralasan bahwa Yesus atau PB tidak mengajarkan Persepuluhan. Tentu saja ini hanya alasan yang dicari-cari atau yang dibuat-buat. Terdapat banyak alasan yang sangat mendasar mengapa Yesus tidak mengajarkan lagi, lebih tepat "mengulangi" tentang persepuluhan, antara lain:
1. Yesus mengajar di dalam lingkup kaum Yahudi. Bagi kaum Yahudi, tidak ada masalah tentang persepuluhan. Praktek persepuluhan adalah ajaran yang sudah menjadi hukum Iman yang diwariskan oleh Abraham, nenek moyang mereka. Kaum Yahudi sudah sangat memahami dan melaksanakan persepuluhan secara disiplin, teliti, dan setia secara turun temurun.
2. Yesus menggunakan kitab-kitab Musa dan para nabi saat mengajar kaum Yahudi. Di dalam kitab-kitab tersebut, ajaran dan praktek tentang persepuluhan sudah sangat jelas, sehingga Yesus tidak perlu mengulangi untuk mengajarkannya kepada kaum Yahudi.
3. Secara doktrinal tidak ada pemisahan antara ajaran PL dengan ajaran PB. Artinya ajaran-ajaran yang sudah jelas di dalam PL, tidak perlu diulangi di dalam PB, kecuali jika terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam praktek dan pemahamannya, atau jika Yesus mau melakukan perubahan atau pembaharuan konsep-konsep teologis dan praktek-prakteknya.
4. Dan banyak alasan lain lagi......
Bahwa Yesus (PB) tidak mengajarkan tentang persepuluhan, itu jelas TIDAK BENAR. Paling sedikit satu kali Yesus menyebut tentang mempersembahkan persepuluhan, dan itupun disertai dengan sebuah penekanan "KEHARUSAN". Dengan penekanan tersebut, maka bagi Yesus, hal membayar atau mempersembahkan persepuluhan adalah sesuatu MUTLAK dilakukan orang beriman. Perhatikan teks berikut ini.
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan dilupakan" (Mat. 23:23)
MISUNDERSTANDING
Teks ini adalah bagian dari serangkaian kritik Yesus yang terdapat di dalam Mat. pasal 23. Yesua mengkritisi perilaku-perilaku religius menyimpang kaum Yahudi ketika itu. Sayangnya teks ini disalah pahami oleh banyak orang, dengan mengatakan bahwa Yesus mengkritik persepuluhan. Bahkan nampaknya ada kelompok anti persepuluhan yang memang sengaja membelokkan makna teks ini dengan mengatakan bahwa bagi Yesus "persepuluhan" itu tidak penting lagi, sebab yang paling penting adalah bersikap adil, berbelas kasihan, dan setia.
Pembaca teks yang teliti, kritis, rasional, obyektif, dan tulus, pasti menemukan dua pokok masalah di dalam dikritik Yesus di dalam teks ini. Yang pertama: Masalah persembahan, dalam hal ini persepuluhan. Yang kedua: Masalah perilaku religius. Atau dalam bahasa yang sederhana, terdapat dua poin di dalam teks ini, yaitu poin tentang persembahan persepuluhan yang disebut perilaku religius dan poin tentang moralitas atau perilaku hidup sosial.
KONTEKS
Ketika itu kaum Yahudi, di satu sisi sudah sangat taat, teliti, dan disiplin dalam hal-hal yang bersifat ibadah atau kegiatan religius, antara lain, berpuasa, berharisabat, memberi persembahan Persepuluhan, bahkan dari hal-hal yang kecil: "Selasih, Adas manis, dan Jintan kamu bayar". Tetapi di sisi yang satu, kaum Yahudi mengabaikan prinsip-prinsip atau nilai-nilai MORAL. Perilaku hidup sosial kaum Yahudi terhadap sesama, tidak lagi sesuai dengan perilaku religius mereka. Mereka tidak lagi bersikap adil, tidak berbelas kasihan, dan setia
Melihat hal itu, Yesus menegur kaum Yahudi dengan mengatakan bahwa: "yang satu - dalam konteks ini adalah Persepuluhan - HARUS DILAKUKAN, dan yang lain - dalam konteks ini adalah nilai-nilai Moral - JANGAN DIABAIKAN". Atau dengan kata lain, membayar persepuluhan memang harus dilakukan, tetapi juga HARUS BERMORAL, yaitu bersikap adil, berbelas kasihan, dan memiliki karakter setia.
MESSAGE
Dari sini menjadi sangat jelas bahwa Yesus mengkritisi bukan tentang membayar Persepuluhan, tetapi tentang "Ketidak- seimbangan" antara ketaatan dalam menjalankan kegiatan ibadah - memberi persembahan persepuluhan - dengan perilaku hidup (moralitas) kaum Yahudi. Dalam hal ini, mereka mengabaikan keadilan dalam menerapoan hukum, tidak memiliki hati yang berbelas kasihan pada sesama, dan tidak setia.
Kritik Yesus ini tidak mengandung makna IMPLISIT bahwa persepuluhan tidak lagi penting karena yang lebih penting adalah MORALITAS, keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Yesus juga tidak bermaksud memberi ALTERNATIF sebagai pengganti persepuluhan, bahwa sikap moral - keadilan, belas kasihan, dan setia, dapat menggantikan persembahan persepuluhan. Demikian pula sebaliknya. Sama sekali tidak demikian.
Dalam pengertian yang lebih luas, Yesus mengkritisi sikap keagamaan yang tidak seimbang antara menghasihi Tuhan dengan mengasihi sesama manusia. Yesus mengecam perilaku hidup kaum Yahudi yang tidak seimbang antara menghormati Tuhan dengan memghormati sesama manusia. Persembahan persepuluhan menjadi tidak berarti bila perilaku hidup seseorang mengabaikan nilai-nilai moral. Sebaliknya bermoral baik - adil, berbelas kasihan, mengasihi sesama, dan setia, TIDAK DAPAT mengganti Persembahan Persepuluhan.
KONKLUSI
Teks Mat. 23:23, merupakan penegasan Yesus tentang ajaran Persepuluhan dan Keharusan membayar atau memberi persembahan persepuluhan. Yesus menegaskan bahwa "YANG SATU - yaitu membayar persepuluhan itu - HARUS DILAKUKAN dan YANG LAIN - dalam hal ini berperilaku hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai Moral - TIDAK BOLEH DIABAIKAN!"...... amin......
Catatan:
Selengkapnya baca buku "BUAH TERLARANG"