Besi menajamkan Besi

BESI MENAJAMKAN BESI

(Amsal 27 : 17) “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya”.

PENDAHULUAN
Untuk mendewasakan perasaan kita, Tuhan menggunakan berbagai pengalaman hidup kita. Seperti besi ditajamkan melalui pengasahan menggunakan besi lain, dalam pembentukan menuju kesempurnaan yang dikerjakan Allah melalui Roh-Nya, Ia menggunakan manusia di sekitar kita untuk proses tersebut, kita tidak boleh eksklusif (sekelompok masyarakat yang membatasi, memisahkan, dan menutup diri dari luar). Tetapi kita harus Inklusif (keterbukaan kelompok masyarakat untuk toleransi dan menghargai budaya kelompok lain)

ARTI DITAJAMKAN
Bahasa Ibrani “Chadad”= mengasah. Ditajamkan disini maksudnya adalah dibuat semakin dewasa, sempurna, matang dan berkenan kepada Allah. Dengan pelajaran Alkitab pribadi, mendengar khotbah, membaca buku-buku rohani, dan berdoa secara pribadi, tidak secara otomatis kita menjadi sempurna. Ini semua baru sebagian. Kebenaran-kebenaran Firman yang kita dengar dan pelajari harus dimatangkan dan dikenakan dalam kehidupan melalui berbagai gesekan dan benturan yang terjadi dalam hidup ini. 
Apakah kita saling menggosok untuk kebaikan, atau apakah kita saling menggosok untuk kejahatan? Apakah kita saling mengangkat, ataukah kita saling menjatuhkan? Orang menajamkan (Bhs Ibrani:”Paniym”)= wajah. Apa yang di wajah mencerminkan yang di dalam hati. Percakapan meningkatkan kecerdasan, yang ditunjukkan oleh wajah.
Kita diingatkan untuk memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Dan diarahkan untuk saling memandang dalam percakapan, untuk membuat satu sama lain lebih bijaksana dan lebih baik. Yang penting dalam ayat ini adalah daalm persekutuan dengan orang lain, kita harus saling menajamkan dan ditajamkan
Yusuf harus ditajamkan oleh saudara2nya. Kalau ia hanya tinggal di rumah Yakub, mimpi yg diterimanya sebagai janji besar dari Tuhan tidak akan terealisasi. Ia ditajamkan oleh Ruben dan abang-abangnya yang dengan dijual ke tanah Mesir (Kej. 37:12–28). Sayangnya abang2 Yusuf tidak menajamkan Yusuf, tapi Yusuf ditajamkan oleh Tuhan. Ia ditajamkan oleh istri Potifar (Kej. 39:1–20). Ia ditajamkan pula oleh juru minuman Firaun yang melupakan budi baiknya (Kej. 40). Seperti Yusuf, Allah juga hendak menajamkan kita melalui berbagai sarana. Misalnya :
1. Melalui teman kita di kantor. Di mana kita bekerja, ada saja orang yang menjengkelkan kita merugikan kita. Jangan berharap berkantor di tempat yang nyaman dan semua orangnya berkenan di hati kita.
2. Melalui pasangan hidup. Jangan harap menemukan jodoh yang tidak memiliki kesalahan. Kita tidak menikahi malaikat, tetapi manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan.
3. Melalui rekan sepelayanan di gereja. Ini meliputi pendeta, majelis, dan sebagainya, yang tidak selalu sependapat dengan kita. Paulus juga pernah berselisih dengan Petrus (Gal. 2:11).

PENUTUP
Menyadari hal ini, kita harus tetap bersyukur kepada-Nya atas setiap orang yang menyakiti kita. Jangan bersungut-sungut jika kita disakiti oleh orang lain, sebab sebagaimana besi yang bergesekan menimbulkan panas dan percikan api, gesekan dengan orang lain memang menyakitkan; tetapi itulah sarana Allah untuk memproses kita. Gesekan dengan orang lain merupakan sarana yang digunakan Allah untuk menajamkan kita.
Apakah kita menyadari bahwa, ketika kita berdoa, kita berada di hadirat Tuhan, dan Dia memiliki kesempatan untuk menulari kita? Roh-Nya mempengaruhi kita utk kebaikan. Doa adalah alat utama dalam perkembangan spiritual kita melalui gosokan Tuhan pada kita. Selama ini terjadi, pikiran kita secara halus dibentuk oleh-Nya karena kita berada di hadirat-Nya. 
#METPAGISAHABAT
Semangat penuh harapan🔥

Postingan Populer