Hamba Tuhan
Istilah “hamba Tuhan” kini memiliki pengertian yang multi tafsir. Pengertian pertama ialah bahwa semua mahluk harus mengabdi kepada Allah, oleh karena itu disebut abdi Allah atau hamba Allah. Pengertian kedua berkaitan dengan jati diri orang percaya yang sudah ditebus oleh Tuhan sehingga disebut hamba Tuhan, meskipun dalam kekristenan lebih dikenal dengan istilah “anak Tuhan”. Pengertian lain lagi berkaitan dengan fungsi sebagai orang yang menaati panggilan Tuhan menjadi pemberita Injil atau firman Tuhan.
Istilah hamba Tuhan dalam Lukas 1:38 ialah η δουλη κυριου. Kata hamba berasal dari kata “doulos” yang berarti “budak” atau “pelayan”. Pengertian tersebut menunjukkan seseorang yang mengabdikan dirinya dan telah menyerahkan hak hidupnya kepada tuannya tersebut karena telah dibeli atau ditebus. Maka “hamba” hanya melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya secara bertanggung-jawab.
Pengakuan “sesungguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan”, mengandung konsekuensi praktis dalam hidup, dalam arah adanya relasi yang jelas dengan Tuhan dan ketaatan kepada pimpinan Tuhan. Pengakuan tersebut bukan sekedar credo tetapi harus dibuktikan dengan sikap yang benar dalam menaati Tuhan.
Maria dalam Lukas 1:28-38 adalah perempuan yang sedang bertunangan dengan Yusuf. Malaikat Gabriel mengunjunginya dan memberitahukan rancangan Allah yang melibatkan dirinya. Maria sangat tahu, menaati Tuhan dalam rancangan tersebut, yaitu mengandung sebelum menikah, mengandung resiko yang sangat besar. Ia harus mempertaruhkan harga dirinya, baik secara pribadi, keluarga dan bahkan nyawa. Pada jaman itu, hukuman bagi orang yang hamil di luar nikah adalah dirajam sampai mati karena dianggap melakukan perzinahan. Namun karena itu adalah rancangan Allah, maka dengan segala keikhlasan dan kerelaan hati Maria menyatakan, “Sesungguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Ini adalah ketaatan yang sejati.
Kata “sesungguhnya” dalam bahasa Yunani adalah “idou”, yang jika diterjemahkan berarti “behold” atau “truly.” Hal itu menunjukkan bahwa Maria menyadari dirinya adalah hamba Tuhan; maka tidak ada tempat untuk menyatakan tidak. Adakah seorang hamba punya hak untuk mengatakan “tidak” kepada tuannya? Tidak ada. Setiap tugas adalah hak istimewa. Maria mengerti pengharapan mesianik dari keturunan Daud. Maka Maria mengerti juga meskipun belum paham sepenuhnya, bahwa Tuhan sedang menggenapi rancangan-Nya bagi dunia ini. Maria tidak membantah, juga tidak menunda waktu sampai dia menikah dengan Yusuf, tetapi dengan ketaatan seorang hamba, dia siap memasuki hal yang sangat sulit itu. Itulah konsekuensi pengakuan “Sesungguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan…”
Jika pengenalan seseorang kepada Tuhan semakin dalam, maka ketaatan kepada Tuhan itu akan jauh lebih mudah. Maria mengenal Allah yang telah bertindak dalam kehidupan Israel sebagai Allah yang bertanggungjawab, yang tidak pernah keliru, karena itu Maria taat sepenuh hati. Hal itu berbanding terbalik dengan ketaatan bersyarat: “Saya akan taat jika menguntungkan, saya akan taat jika perintah Tuhan masuk akal, saya akan taat jika ....” dan seterusnya. Dengan cara seperti itu maka yang ada ialah manusia yang melibatkan Allah dalam rancangannya, bukan Allah yang melibatkan manusia dalam rancangan-Nya. Manusia yang menjadi pengambil keputusan dan Allah hanya membantu. Pada akhirnya manusia yang menjadi penentu.
Pada masa kini, ketaatan kepada Tuhan seolah hal yang mewah karena pola pikir posmo yang membuat manusia menjadi penentu. Manusia cenderung berpikir segala sesuatu kebenaran adalah relatif. Maka segala sesuatu harus berdasarkan pemikirannya.
Ketaatan Maria telah menjadikan dirinya diberkati oleh Tuhan, karena menjadi sarana bagi Yesus Kristus, Tuhan yang Maha Mulia, untuk datang ke dunia. Dia yang empunya segalanya tetapi rela 'mengosongkan diri-Nya'. Tuhan yang Maha Kuasa tetapi rela ditolak dan dicerca oleh manusia yang hendak diberikan jalan keluar dari penghukuman dosa. Segala penghukuman yang tanpa dasar dikenakan kepada-Nya tetapi Yesus berseru dari salib “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat...” Natal merupakan kesempatan untuk kita merenungkan ulang pengakuan bahwa kita adalah hamba Tuhan. Memahami hal tersebut, setiap orang yang mengaku “hamba Tuhan” perlu mengerti rancangan Allah dalam hidupnya dan sedia menaati pimpinan-Nya, apa pun harga yang harus dibayar. Itulah hidup seorang hamba Tuhan. Ada perpalingan dari tidak perduli rancangan Allah menjadi merendahkan diri meminta pengertian agar memahami. Ketaatan Maria bukan tanpa kesulitan. Ujian pertama datang dari Yusuf, tunangannya, yang berencana meninggalkannya. Tetapi hamba Tuhan yang sederhana ini dibela oleh Tuhan sendiri. Tuhan menyatakan kepada Yusuf, bahwa Maria sedang mengemban tugas dari-Nya. Penyertaan Allah mendampingi orang yang melakukan kehendak-Nya. Soli Deo Gloria.
Ketaatan Maria bukan tanpa kesulitan. Ujian pertama datang dari Yusuf, tunangannya, yang berencana meninggalkannya. Tetapi hamba Tuhan yang sederhana ini dibela oleh Tuhan sendiri. Tuhan menyatakan kepada Yusuf, bahwa Maria sedang mengemban tugas dari-Nya. Penyertaan Allah mendam